Tesis Isu Perubahan Iklim: Ancaman Global dan Tanggung Jawab Kolektif

Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu lingkungan hidup, tetapi telah menjelma menjadi tantangan global lintas sektor yang memengaruhi ekonomi, sosial, politik, dan keberlangsungan hidup manusia. Tesis isu perubahan iklim menyatakan bahwa krisis ini tidak hanya berkaitan dengan alam, tetapi juga dengan sistem global yang saling terhubung. Keterlibatan seluruh negara dan aktor non-negara menjadi kunci utama untuk mengatasi dampaknya. Artikel ini menyajikan lima pembahasan utama: (1) Latar Belakang dan Dimensi Global Isu Perubahan Iklim, (2) Dampak Perubahan Iklim terhadap Kehidupan Manusia, (3) Upaya Internasional dalam Penanggulangan Perubahan Iklim, (4) Peran Negara Berkembang dalam Isu Iklim, dan (5) Tantangan serta Arah Kebijakan Masa Depan. Artikel ini ditutup dengan kesimpulan reflektif mengenai urgensi penanganan perubahan iklim secara kolektif.

Baca Juga: Tesis Hubungan Internasional Indonesia: Strategi, Kepentingan, dan Kontribusi Global

Latar Belakang dan Dimensi Global Isu Perubahan Iklim

Perubahan iklim adalah fenomena peningkatan suhu bumi secara global yang disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan industrialisasi masif. Gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan nitrous oxide (N₂O) telah menyebabkan efek rumah kaca yang memperangkap panas di atmosfer bumi. Seiring berjalannya waktu, suhu rata-rata global terus meningkat, menyebabkan berbagai ketidakstabilan iklim.

Menurut laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), suhu global telah meningkat sekitar 1,1°C dibandingkan dengan era pra-industri. Angka ini tampak kecil, tetapi dampaknya sangat besar: mencairnya es di kutub, naiknya permukaan laut, dan peningkatan frekuensi bencana alam ekstrem. Jika tidak segera dikendalikan, pemanasan global dapat mencapai titik kritis yang tidak dapat dibalik.

Isu perubahan iklim menjadi sangat kompleks karena menyangkut kepentingan berbagai negara dengan tingkat pembangunan dan tanggung jawab emisi yang berbeda. Negara-negara industri berkontribusi besar terhadap emisi, tetapi negara berkembang dan kepulauan kecil justru merasakan dampak paling parah. Ketimpangan ini melahirkan perdebatan dalam forum internasional mengenai pembagian tanggung jawab yang adil.

Selain itu, perubahan iklim juga berkaitan erat dengan aspek politik dan ekonomi global. Misalnya, transisi energi menuju energi bersih menimbulkan tantangan ekonomi bagi negara-negara yang bergantung pada ekspor batu bara dan minyak. Di sisi lain, negara maju didorong untuk memberikan dana iklim kepada negara berkembang, yang kerap terkendala oleh kepentingan geopolitik dan janji yang tidak terpenuhi.

Dengan demikian, isu perubahan iklim bukan hanya masalah teknis atau ilmiah, tetapi merupakan problematika multidimensi yang menuntut pendekatan lintas sektor, kolaborasi global, serta perubahan mendasar dalam cara kita memandang pembangunan dan keberlanjutan.

Dampak Perubahan Iklim terhadap Kehidupan Manusia

Dampak perubahan iklim sangat luas dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari lingkungan hidup hingga keamanan nasional. Salah satu dampak yang paling nyata adalah meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam seperti banjir, kekeringan, badai tropis, dan kebakaran hutan. Peristiwa ekstrem ini menyebabkan kerugian ekonomi besar, mengancam jiwa, dan menghancurkan infrastruktur penting.

Perubahan iklim juga berdampak langsung terhadap sektor pertanian dan ketahanan pangan. Perubahan pola curah hujan dan suhu mengganggu musim tanam, menurunkan produktivitas tanaman, serta meningkatkan risiko gagal panen. Hal ini sangat merugikan negara-negara berkembang yang masyarakatnya bergantung pada pertanian sebagai mata pencaharian utama. Krisis pangan global menjadi ancaman nyata yang diperburuk oleh perubahan iklim.

Dalam sektor kesehatan, meningkatnya suhu dan kelembapan menciptakan kondisi yang ideal bagi penyebaran penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah. Selain itu, gelombang panas ekstrem dapat meningkatkan angka kematian, terutama di kalangan lansia, anak-anak, dan kelompok rentan lainnya. Polusi udara yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil juga memperburuk penyakit pernapasan.

Perubahan iklim turut menyebabkan tekanan sosial dan politik akibat migrasi iklim. Komunitas yang kehilangan tempat tinggal karena kenaikan permukaan laut atau kekeringan ekstrem terpaksa berpindah ke wilayah lain. Ini memicu konflik sosial, krisis pengungsi, dan meningkatkan ketegangan antarnegara dalam hal pengelolaan sumber daya alam dan batas wilayah.

Lebih dari itu, dampak perubahan iklim memperdalam ketimpangan sosial. Kelompok miskin dan marjinal menjadi pihak yang paling terdampak karena keterbatasan sumber daya untuk beradaptasi. Sementara itu, negara-negara kaya memiliki kemampuan lebih untuk membangun infrastruktur tahan iklim dan melakukan mitigasi. Oleh karena itu, pendekatan keadilan iklim menjadi penting dalam merumuskan kebijakan global.

Upaya Internasional dalam Penanggulangan Perubahan Iklim

Dalam menghadapi ancaman perubahan iklim, komunitas internasional telah mengembangkan berbagai upaya kolektif. Berikut beberapa inisiatif penting yang menjadi tonggak utama penanganan isu ini:

a. Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC)

  • Dibentuk pada 1992 dalam Earth Summit di Rio de Janeiro, UNFCCC menjadi forum utama negosiasi perubahan iklim.
  • Mengatur kerangka kerja bagi negara-negara dalam menyusun strategi mitigasi dan adaptasi iklim.

b. Protokol Kyoto (1997)

  • Merupakan perjanjian internasional pertama yang menetapkan target pengurangan emisi bagi negara maju.
  • Kurang efektif karena Amerika Serikat menolak ratifikasi dan negara berkembang tidak diwajibkan ikut serta.

Tesis Isu Perubahan Iklim

c. Perjanjian Paris (2015)

  • Disepakati oleh hampir seluruh negara di dunia dengan target membatasi kenaikan suhu global di bawah 2°C, idealnya 1,5°C.
  • Mengusung pendekatan “Nationally Determined Contributions” (NDC), di mana tiap negara menentukan target pengurangan emisinya secara sukarela.

d. Dana Iklim Global (Green Climate Fund)

  • Didirikan untuk membantu negara berkembang dalam melakukan mitigasi dan adaptasi iklim melalui pendanaan, teknologi, dan kapasitas.
  • Target pengumpulan dana US$100 miliar per tahun, tetapi realisasinya masih menjadi isu kontroversial.

e. Konferensi Tahunan COP (Conference of Parties)

  • Pertemuan rutin negara-negara anggota UNFCCC untuk meninjau kemajuan, memperbarui komitmen, dan menetapkan kebijakan lanjutan.
  • COP28 di Dubai, misalnya, menghasilkan komitmen transisi energi dan penurunan subsidi bahan bakar fosil.

Peran Negara Berkembang dalam Isu Iklim

Negara berkembang memiliki peran yang sangat penting, namun penuh tantangan dalam konteks perubahan iklim global. Peran ini dapat dikaji dalam berbagai dimensi berikut:

a. Kontribusi Emisi yang Relatif Rendah

  • Sebagian besar negara berkembang menyumbang emisi yang jauh lebih kecil dibandingkan negara maju secara historis.
  • Namun, mereka tetap terdorong untuk berkontribusi dalam pengurangan emisi demi tanggung jawab kolektif.

b. Kerentanan Tinggi terhadap Dampak Iklim

  • Negara-negara seperti Indonesia, Bangladesh, dan negara kepulauan Pasifik sangat rentan terhadap bencana iklim.
  • Keterbatasan sumber daya membuat adaptasi menjadi lebih sulit.

c. Potensi sebagai Pemimpin Energi Bersih

  • Negara berkembang memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.
  • Dengan dukungan teknologi dan pendanaan, mereka bisa melompati fase ketergantungan pada bahan bakar fosil.

d. Negosiasi dalam Forum Global

  • Negara berkembang sering menyuarakan prinsip “common but differentiated responsibilities” dalam forum iklim.
  • Koalisi G77+China menjadi wadah diplomasi penting dalam memperjuangkan keadilan iklim.

e. Inisiatif Lokal dan Regional

  • Banyak negara berkembang telah menginisiasi program adaptasi berbasis komunitas, pelestarian hutan, dan sistem pertanian berkelanjutan.
  • Contoh: Program REDD+ di Indonesia untuk pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.

Tantangan serta Arah Kebijakan Masa Depan

Perjuangan melawan perubahan iklim belum selesai, dan justru semakin mendesak. Tantangan pertama adalah memastikan komitmen negara-negara dalam Perjanjian Paris dilaksanakan secara konkret. Banyak negara masih belum mencapai target NDC mereka, sementara suhu global terus meningkat. Tanpa aksi drastis, peluang untuk menahan pemanasan di bawah 1,5°C akan hilang dalam satu dekade ke depan.

Kedua, terdapat tantangan pendanaan dan transfer teknologi yang masih belum memadai untuk negara berkembang. Kesenjangan antara janji dan realisasi dana iklim memicu ketidakpercayaan dan hambatan kerja sama. Pengembangan teknologi bersih juga masih terkendala oleh perlindungan kekayaan intelektual dan akses pasar.

Ketiga, kebijakan domestik di banyak negara belum sepenuhnya selaras dengan tujuan iklim. Terkadang kepentingan ekonomi jangka pendek mengalahkan kebutuhan perlindungan lingkungan. Hal ini menuntut transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dengan dukungan kuat dari masyarakat sipil dan sektor swasta.

Keempat, munculnya isu keadilan iklim, terutama terkait migrasi iklim, hak asasi manusia, dan perlindungan komunitas rentan, menambah kompleksitas penanganan perubahan iklim. Negara-negara dan organisasi internasional perlu mengembangkan mekanisme yang adil dan humanis.

Baca Juga: Desain Penelitian Pendidikan Fondasi Ilmiah untuk Mengungkap Dunia Belajar

Kesimpulan

Tesis isu perubahan iklim menegaskan bahwa perubahan iklim adalah tantangan global yang kompleks dan multidimensi, membutuhkan respons kolektif dari seluruh negara dan aktor dunia. Dampak perubahan iklim sudah nyata dirasakan di berbagai belahan dunia, dari bencana alam hingga krisis pangan dan kesehatan. Oleh karena itu, upaya internasional seperti Perjanjian Paris dan UNFCCC menjadi fondasi penting, meski masih menghadapi kendala implementasi. Peran negara berkembang, meskipun relatif kecil dalam kontribusi emisi, sangat krusial mengingat tingkat kerentanan mereka yang tinggi. Negara-negara ini juga memiliki peluang besar untuk menjadi pelopor dalam energi terbarukan dan adaptasi iklim yang inovatif. Namun, mereka membutuhkan dukungan pendanaan dan teknologi dari komunitas global. Ke depan, tantangan terbesar adalah memastikan komitmen iklim tidak hanya sebatas retorika, tetapi menjadi aksi nyata di tingkat nasional dan global. Pendekatan yang inklusif, adil, dan berbasis pada keadilan iklim menjadi kunci keberhasilan. Perubahan iklim bukan hanya soal lingkungan, melainkan tanggung jawab bersama untuk melindungi planet dan keberlanjutan hidup generasi mendatang.

Terakhir, jika Anda mengalami kesulitan dalam mengerjakan Tesis.Layanan konsultasi Tesis dari Tesis.id bisa membantu Anda. Hubungi Tesis.id sekarang dan dapatkan layanan yang Anda butuhkan.

 

Scroll to Top