Keamanan internasional adalah salah satu pilar utama dalam kajian hubungan internasional yang terus mengalami perkembangan seiring dengan perubahan lanskap global. Dalam dunia yang semakin kompleks, keamanan tidak lagi hanya dimaknai sebagai absennya konflik bersenjata, melainkan mencakup berbagai aspek seperti keamanan ekonomi, ekologi, kesehatan, dan siber. Oleh karena itu, tesis mengenai studi keamanan internasional menitikberatkan pada bagaimana negara dan aktor non-negara mengidentifikasi, menganalisis, dan merespons berbagai ancaman lintas batas. Artikel ini membahas lima pokok utama: (1) evolusi konseptual studi keamanan internasional; (2) pendekatan teoritis dalam studi keamanan; (3) isu-isu keamanan kontemporer dan multidimensional; (4) peran aktor-aktor dalam sistem keamanan global; dan (5) masa depan studi keamanan internasional di tengah dinamika geopolitik global. Setiap bagian memberikan penekanan pada pentingnya pendekatan yang adaptif dan kolaboratif dalam mengelola keamanan di abad ke-21.
Baca Juga: Tesis Organisasi Internasional PBB: Pilar Diplomasi Global dan Tantangan Abad ke-21
Evolusi Konseptual Studi Keamanan Internasional
Studi keamanan internasional awalnya berakar dari kajian strategi militer dan pertahanan negara. Pada masa Perang Dingin, keamanan dipahami secara sempit sebagai state-centric, dengan fokus utama pada kekuatan militer dan ancaman eksternal antarnegara. Model ini disebut sebagai tradisional security atau realist security approach, yang menekankan perlunya kekuatan militer dan aliansi untuk menjaga stabilitas global.
Namun, setelah runtuhnya Uni Soviet dan berakhirnya Perang Dingin, definisi keamanan mulai diperluas. Para akademisi dan pembuat kebijakan mulai menyadari bahwa ancaman tidak hanya berasal dari negara lain, melainkan juga dari aktor non-negara seperti teroris, kelompok bersenjata non-negara, dan bahkan pandemi serta perubahan iklim. Dari sinilah muncul konsep non-traditional security threats.
Studi keamanan juga mengalami pergeseran epistemologis melalui pendekatan constructivist dan critical security studies, yang menekankan pentingnya konstruksi sosial terhadap apa yang dianggap sebagai ancaman. Dengan kata lain, tidak semua ancaman bersifat objektif, tetapi tergantung pada persepsi dan politik identitas yang melatarbelakanginya.
Munculnya konsep seperti human security, yang diperkenalkan oleh UNDP pada 1994, menambah lapisan baru dalam pemahaman keamanan. Human security menekankan perlindungan terhadap individu, bukan hanya negara, dari ancaman seperti kemiskinan, kelaparan, kekerasan domestik, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Evolusi ini menunjukkan bahwa studi keamanan internasional telah berkembang dari disiplin yang sempit menjadi multidisipliner dan holistik. Ia mencakup bidang kajian lain seperti ekonomi politik, sosiologi, studi pembangunan, dan ekologi, menjadikannya lebih relevan untuk menjawab tantangan global masa kini.
Pendekatan Teoritis dalam Studi Keamanan
Dalam studi keamanan internasional, berbagai pendekatan teoritis telah digunakan untuk memahami dinamika ancaman dan respon negara. Pendekatan ini memberikan kerangka analitis yang berbeda tergantung pada cara pandang terhadap sistem internasional dan aktor utamanya.
Pendekatan realis, misalnya, memandang dunia sebagai anarki dan penuh persaingan kekuatan. Keamanan, dalam pandangan ini, diperoleh melalui peningkatan kekuatan militer, aliansi strategis, dan deterensi. Realisme cenderung skeptis terhadap kerja sama internasional dan menempatkan negara sebagai aktor tunggal yang rasional.
Di sisi lain, liberalisme memandang bahwa kerja sama antarnegara melalui institusi internasional dapat mengurangi potensi konflik. PBB, NATO, dan berbagai perjanjian internasional dipandang sebagai instrumen penting dalam menciptakan keamanan kolektif. Liberalisme juga percaya pada peran demokrasi, ekonomi terbuka, dan hukum internasional sebagai penjamin stabilitas.
Constructivism melihat keamanan sebagai konstruksi sosial yang dibentuk oleh interaksi ide, identitas, dan norma. Dalam pendekatan ini, ancaman tidak selalu bersifat objektif, tetapi bisa berubah tergantung pada narasi politik dan persepsi sosial. Misalnya, imigran bisa dianggap sebagai ancaman atau bukan, tergantung pada bagaimana negara memaknai mereka.
Pendekatan marxis dan kritis menyoroti bagaimana ketimpangan ekonomi global, imperialisme, dan kapitalisme menciptakan ketidakamanan struktural. Keamanan tidak hanya tentang militer, tetapi juga tentang akses terhadap sumber daya, pekerjaan, dan keadilan sosial. Dalam pandangan ini, keamanan sejati hanya bisa dicapai dengan perubahan struktural.
Akhirnya, pendekatan feminis memberikan perspektif unik dengan menyoroti bagaimana perang, konflik, dan kebijakan keamanan berdampak berbeda terhadap perempuan dan kelompok rentan. Studi feminis menantang dominasi narasi maskulin dalam diskursus keamanan dan menekankan inklusi serta perlindungan terhadap semua individu.
Isu-isu Keamanan Kontemporer dan Multidimensional
Studi keamanan internasional saat ini tidak lagi hanya membahas konflik bersenjata antarnegara. Berikut adalah beberapa isu kontemporer yang menandai perubahan karakter ancaman global:
- Terorisme Internasional: Serangan 11 September 2001 mengubah lanskap keamanan global, dengan munculnya war on terror. Ancaman dari kelompok seperti Al-Qaeda, ISIS, dan Boko Haram menunjukkan bagaimana aktor non-negara bisa mengguncang stabilitas internasional.
- Keamanan Siber: Era digital membawa ancaman baru seperti peretasan, sabotase infrastruktur kritikal, dan manipulasi informasi. Negara dan aktor swasta kini menjadi target utama dalam perang dunia maya.
- Perubahan Iklim: Dampak perubahan iklim seperti naiknya permukaan laut, kelangkaan air, dan bencana alam telah diklasifikasikan sebagai threat multiplier yang memperparah konflik dan instabilitas politik.
- Pandemi Global: COVID-19 memperlihatkan betapa rapuhnya sistem global terhadap ancaman biologis. Pandemi memperluas makna keamanan hingga mencakup sistem kesehatan publik global.
- Konflik Identitas dan Migrasi: Konflik berbasis etnis, agama, dan identitas semakin meningkat, menyebabkan eksodus pengungsi dan ketegangan di negara-negara penerima migran.
Isu-isu ini mengindikasikan bahwa keamanan tidak lagi bisa diselesaikan hanya dengan pendekatan militer. Diplomasi, tata kelola yang inklusif, dan kerja sama internasional menjadi kunci utama dalam menanggapi ancaman global yang bersifat kompleks dan lintas sektor.
Peran Aktor-aktor dalam Sistem Keamanan Global
Keamanan internasional tidak hanya menjadi urusan negara, tetapi juga melibatkan banyak aktor lain:
- Negara: Tetap menjadi aktor utama dalam menentukan kebijakan keamanan, melalui militer, diplomasi, dan regulasi nasional.
- Organisasi Internasional: PBB, NATO, ASEAN, dan Uni Eropa berperan dalam menciptakan sistem keamanan kolektif dan penegakan resolusi konflik.
- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM): Aktif dalam memantau pelanggaran HAM, memberikan bantuan kemanusiaan, dan mengadvokasi solusi damai atas konflik.
- Perusahaan Teknologi: Berperan besar dalam keamanan siber, perlindungan data, dan pengembangan sistem pengawasan digital.
- Individu dan Kelompok Sipil: Masyarakat juga menjadi aktor keamanan, khususnya dalam konteks human security dan penanggulangan radikalisasi.
Dengan kompleksitas aktor ini, pendekatan multi-actor dan multi-level governance menjadi sangat penting dalam menciptakan keamanan yang berkelanjutan dan inklusif.
Masa Depan Studi Keamanan Internasional
Studi keamanan internasional akan terus berkembang seiring munculnya tantangan-tantangan baru. Ada beberapa tren dan proyeksi penting ke depan:
Pertama, pendekatan keamanan akan semakin bersifat interdisipliner, menggabungkan ilmu politik, teknologi, ekonomi, dan ekologi. Isu-isu seperti disinformasi digital, perubahan iklim, dan biosecurity akan menjadi fokus utama.
Kedua, akan terjadi pergeseran dari state-centric security menuju human-centered security. Perlindungan individu, hak asasi manusia, dan inklusi sosial menjadi agenda prioritas bagi banyak negara dan organisasi internasional.
Ketiga, dibutuhkan kerangka kerja keamanan global yang lebih adaptif dan fleksibel. Ketegangan geopolitik seperti AS–Tiongkok, perang Ukraina–Rusia, dan konflik Israel–Palestina menuntut diplomasi baru yang lebih kreatif dan berani.
Baca Juga: Skripsi Makna Simbolik Tari Daerah Menggali Nilai Budaya Lewat Gerak dan Simbol
Kesimpulan
Studi keamanan internasional telah mengalami evolusi penting dari pendekatan militeristik ke model multidimensi yang mencakup berbagai aspek sosial, politik, dan teknologi. Dalam dunia yang saling terhubung dan cepat berubah, pemahaman terhadap keamanan harus melibatkan aktor-aktor beragam dan pendekatan yang lebih kolaboratif. Tantangan kontemporer seperti perubahan iklim, pandemi, dan konflik identitas menunjukkan bahwa keamanan tidak dapat dijamin oleh negara semata. Kolaborasi global, diplomasi multilateral, dan tata kelola yang adaptif menjadi syarat mutlak untuk menciptakan ketahanan jangka panjang. Dengan terus mengembangkan pendekatan teoretis dan respons kebijakan yang holistik, studi keamanan internasional akan tetap relevan dan strategis sebagai fondasi perdamaian dunia dan pembangunan yang berkelanjutan.
Terakhir, jika Anda mengalami kesulitan dalam mengerjakan Tesis. Layanan konsultasi Tesis dari Tesis.id bisa membantu Anda. Hubungi Tesis.id sekarang dan dapatkan layanan yang Anda butuhkan.